Abu Dzar Al-Ghifari: Hidup Sederhana, Hati Sultan

bersamaislam.com - Di era digital yang penuh pencitraan, di mana kebahagiaan sering dinilai dari seberapa keren outfit kita, seberapa mahal kopi yang kita minum, atau seberapa estetik feed Instagram kita—kisah sahabat Nabi ini muncul seperti angin sejuk di tengah panasnya dunia yang haus validasi.


Dialah Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallāhu 'anhu. Seorang sahabat yang dikenal super jujur, idealis, dan sederhana, tapi punya kedudukan istimewa di mata Rasulullah SAW.

___


1. Si Pencari Kebenaran yang Tulus

  Abu Dzar bukan orang biasa. Dia berasal dari suku Ghifar, suku yang terkenal keras dan suka merampok. Tapi Abu Dzar berbeda. Sejak sebelum masuk Islam, hatinya udah menolak penyembahan berhala.
Begitu mendengar kabar tentang munculnya seorang Nabi, dia langsung berangkat dari kampungnya ke Makkah. Sendirian. Jalan kaki. Demi satu hal: kebenaran.


Dari Abdullah bin Mas’ud RA berkata: “Orang pertama yang memberi salam kepada Rasulullah SAW dengan salam Islam adalah Abu Dzar.” (HR. Al-Bukhari, no. 3861)

___


2. Anti Flexing, Pro Empati

 
Setelah masuk Islam, Abu Dzar dikenal sebagai pribadi yang keras dalam membela keadilan dan sangat tidak suka gaya hidup mewah yang berlebihan. Buat beliau, hidup itu tentang berbagi, bukan pamer.
Sampai suatu hari ada yang memperhatikan bajunya dan merasa aneh karena terlalu sederhana. Abu Dzar bilang:


“Sahabatku (Nabi SAW) pernah berkata padaku: ‘Wahai Abu Dzar, jika kamu memasak kuah (sayur), perbanyak airnya, lalu bagikan kepada tetanggamu dengan cara yang baik.’” (HR. Muslim, no. 2625)
Pesan sederhana, tapi dalam banget. Bahkan masak pun bisa jadi ladang empati.

___


3. Pemimpin yang Tidak Mengejar Jabatan

 
Abu Dzar juga pernah meminta jabatan kepada Rasulullah SAW, tapi malah dinasihati dengan sangat lembut. Rasul tahu, Abu Dzar punya hati yang lurus dan jujur, tapi sifatnya yang keras bisa menyulitkan kalau jadi pemimpin.


“Wahai Abu Dzar, aku melihatmu lemah. Aku mencintaimu dan aku menginginkan kebaikan untukmu. Jangan kamu memimpin dua orang, dan jangan mengurusi harta anak yatim.” (HR. Muslim, no. 1826)
Abu Dzar menerima nasihat ini tanpa marah atau kecewa. Ia tahu, jabatan bukan tempat cari gengsi, tapi amanah yang berat di akhirat.

___


4. Jujur Tingkat Legenda

 
Kalau bicara soal kejujuran, Abu Dzar salah satu yang paling tinggi levelnya. Bahkan Rasulullah SAW pernah bersabda:


“Tidak ada tanah yang dipijak dan langit yang menaungi seorang lelaki yang lebih jujur ucapannya daripada Abu Dzar.” (HR. At-Tirmidzi, no. 3801. Dihasankan oleh Al-Albani)

___


Penutup

 
Di zaman yang menuntut kita untuk "selalu terlihat baik", Abu Dzar justru menunjukkan bahwa menjadi baik itu cukup di sisi Allah, bukan di mata manusia. Nggak perlu flexing, cukup empati. Nggak perlu ambisius, cukup jujur.


Karena yang bikin hidup tenang itu bukan saldo, tapi ketulusan. 

___

 Sumber Referensi:

•  Shahih Al-Bukhari, Hadits no. 3861
•  Shahih Muslim, Hadits no. 1826 dan 2625
•  Sunan At-Tirmidzi, Hadits no. 3801
•  Siyar A’lam An-Nubala’ karya Imam Adz-Dzahabi
•  Al-Iṣābah fī Tamyīz aṣ-Ṣaḥābah karya Ibnu Ḥajar al-‘Asqalānī

 MY-



Post a Comment

0 Comments